BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan dari pendidikan adalah adanya proses perubahan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik seseorang atau kelompok dan usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan merupakan sebuah proses interaksi dan pelatihan antara dua orang atau lebih, antara guru dan peserta didik yang mana menghasilkan suatu perubahan sikap dan tingkah laku kearah yang lebih baik. Masalah pendidikan adalah suatu masalah yang menyangkut kehidupan bersama, baik kehidupan di dalam keluarga maupun di dalam masyarakat, pendidikan itu merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena merupakan suatu kegiatan yang menentukan bagi kehidupan manusia dan kebudayaannya. Oleh karena pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat sekarang ini, itulah yang akan menentukan kehidupan bangsa dimasa depan, sehingga sangatlah penting untuk memperhatikan masalah pendidikan secara cermat sehingga kelemahankelemahan yang ada dalam dunia pendidikan dapat diperbaiki agar kehidupan masyarakat dapat menjadi lebih baik di masa yang akan datang, itulah sebabnya dalam hal ini peranan pendidikan sangat penting. Salah satu faktor keberhasilan dalam pendidikan adalah guru, untuk itu maka seorang guru oleh karena itu maka para guru perlu memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas dan lengkap yang dapat dijadikan sebagai metode dan sarana dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar. Iris V. Cully menyatakan: Para pendidik yang peka menyadari bahwa kumpulan pengetahuan dan pengalaman manusia bukanlah satu-satunya ramuan untuk mengasuh anak-anak. Dalam tugas mereka harus pula tercakup suatu pemahaman akan faktor-faktor dalam hubungan antar pribadi. Hasil-hasil penyelidikan psikologi menunjukkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan mencakup keutuhan pribadi dalam keseluruhan lingkungannya. Guru-guru sekolah yang baik, selalu sadar akan faktor-faktor demikian yang bekerja dalam tugas mereka. Selain guru, dalam belajar setiap peserta didik dipengaruhi oleh banyak faktor, yang dapat digolongkan menjadi dua faktor yaitu faktor intern, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik itu sendiri dan faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar peserta didik yaitu dari orang tua, dari guru dan dari masyarakat. Faktor intern dibagi menjadi tiga yakni faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. Di dalam faktor psikologis sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang mempengaruhi belajar antara lain: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. Dan faktor-faktor inilah yang harus diperhatikan oleh setiap pendidik agar dapat mengendalikan dan mengatur belajar agar dapat berlangsung efektif, terarah dan optimal. Guru yang baik adalah guru yang dapat mengerti dan memahami permasalahan atau kendala dari seorang peserta didik dan persoalan psikologi peserta didik. Guru yang dapat memahami persoalan peserta didiknya adalah guru yang tidak memaksakan keinginannya kepada peserta didik, yang mendengarkan keluhan dan problematika belajar dari peserta didik, dan yang juga tidak memaksakan tugas yang melampaui kemampuan peserta didik.
Psikologi adalah sesuatu yang sangat esensial dalam “dunia” pendidikan, ini menjadi hal yang sangat esensial karena dalam menyambut era globalisasi, pendidikan sangat berperan penting dan menjadi salah satu faktor yang paling menentukkan kemajuan suatu bangsa. Jika suatu bangsa tidak maju pendidikannya maka pasti bangsa itu tidak dapat bersaing dengan bangsa yang lain, dan akan menjadi bangsa yang terbelakang. Untuk hal ini maka psikologi harus diterapkan dalam dunia pendidikan, agar pendidikan dapat berjalan efektif. Psikologi adalah ilmu yang mengkaji manusia dari sudut karakteristik dan perilaku manusia. Psikologi berasal dari bahasa Yunani “Psyche” yang berarti jiwa, roh atau sukma, sedangkan “logy” atau “logos” berarti ilmu atau ilmu pengetahuan. Jadi psikologi berarti ilmu tentang jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang karakteristik dan gejala yang dialami jiwa manusia. Jadi dalam hal ini psikologi sangat berperan penting dalam pendidikan karena psikologi sebagai ilmu pengetahuan adalah berupaya memahami keadaan peserta didik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Di mana pengetahuan tentang psikologi amat penting bagi guru agar dapat memahami proses dan tahapan-tahapan belajar bagi para peserta didiknya. Manfaat dan kegunaan psikologi pendidikan juga membantu untuk memahami karakteristik peserta didik apakah termasuk anak yang lambat belajar atau yang cepat belajar, dengan mengetahui karakteristik ini guru dapat mendesain pendekatan belajar untuk anak didik yang berbeda-beda tersebut, sehingga pembelajaran dapat dilaksanakan secara optimal sesuai karakteristik peserta didik.
Sumadi Suryabrata menyatakan bahwa: Inti persoalan psikologi pendidikan terletak pada anak didik sebab pendidikan adalah perlakuan terhadap anak didik yang secara psikologis perlakuan tersebut harus selaras dengan keadaan anak didik, dengan demikian persoalan psikologi yang berperan dalam proses pendidikan anak dapat terjawab apabila pendidik dapat memberikan bantuan kepada peserta didik agar berkembang secara wajar melalui bimbingan dan konseling, pemberian bahan pelajaran yang berstruktur dan berkualitas. Oleh karena itu seorang guru perlu terus menerus berusaha untuk memahami mereka yang akan dipimpinnya dalam proses pendidikan, para guru perlu mempelajari sifat-sifat dasar peserta didik yang diwarisi dari orang tua, pertumbuhan peserta didik. Dan para guru juga harus mempersiapkan dasar-dasar psikologi apa yang akan digunakan dalam pembentukan karakter peserta didik. Seorang guru perlu mengetahui mengapa seorang peserta didik melakukan sesuatu hal tertentu dan juga mengetahui pula kegiatan-kegiatan apa yang paling penting dan membantu dalam proses pendidikan. Sehingga merupakan sebuah keharusan bagi setiap pendidik yang bertanggung jawab bahwa dia dalam melaksanakan tugasnya harus berbuat dalam cara yang sesuai dengan keadaan peserta didik. Karena itu pengetahuan psikologi mengenai peserta didik dalam proses pendidikan adalah harus dijadikan kebutuhan pendidik untuk memiliki pengetahuan tentang keadaan jiwa peserta didik. Karena pendidikan hanya dapat berjalan efektif apabila pendidikan tersebut dapat menjawab dan memenuhi kebutuhan psikologi peserta didik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan psikologi pendidikan dengan tindakan belajar?
2. Bagaimana motivasi tindakan belajar?
3. Bagaimana factor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hubungan Psikologi Pendidikan dengan Tindakan Belajar
Psikologi pendidikan merupakan suatu studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. . Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar.
Karena konsentrasinya pada persoalan belajar, yakni persoalan-persoalan yang senantiasa melekat pada subjek didik, maka konsumen utama psikologi pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut untuk menguasai bidang ilmu ini agar mereka, dalam menjalankan fungsinya, dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara efektif.
2. Motivasi Tindakan Belajar
a. Pengertian
Motivasi berasal dari bahasa latin “Movere” artinya menggerakkan. Motivasi adalah suatu energi penggerak, pengarah dan memperkuat tingkah laku. Motivasi belajar dapat dilihat dari karakter tingkah laku siswa yang menyangkut minat, ketajaman perhatian, konsentrasi dan tekun mencapai tujuan.
Menurut Mahfudh Shalahuddin, motivasi adalah dorongan dari dalam yang digambarkan sebagai harapan, keinginan dan sebagainya, yang bersifat menggiatkan atau menggerakkan individu untuk bertindak atau bertingkah laku, guna memenuhi kebutuhan.
Noor, melihat ada tiga komponen utama yang terkandung dalam kata motivasi yaitu kebutuhan, dorongan, tujuan. Dorongan dalam hal ini dipahami oleh Noor sebagai “kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan”. Artinya sebagai kekuatan mental, dorongan berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut dilihat oleh Noor sebagai inti dan motivasi.
Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Perannya yang khas adalah dalam hal penambahan gairah, merasa senang dan semangat dalam belajar. Siswa yang memiliki motivasi yang kuat, akan memiliki banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.
b. Jenis Motivasi
Secara umum, dalam hubungannya dengan belajar, Muhibbin Syah mengklasifikasikan motivasi ke dalam dua jenis menurut timbulnya, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsic, adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Yang tergolong ke dalam klasifikasi ini adalah : perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut misalnya materi pelajaran tersebut berhubungan dengan cita-cita masa depan siswa yang bersangkutan.
Motivasi Ekstrinsik, adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Yang tergolong ke dalam motivasi eksternal ini adalah: pujian dan hadiah, peraturan/tata tertib sekolah, suri teladan orang tua/guru, dan lain-lain.
c. Bentuk-bentuk Motivasi Belajar
Menurut Sudirman A.M, ada beberapa bentuk dan cara yang menumbuhkan motivasi yaitu:
1) Angka dalam hal ini merupakan simbol dari nilai kegiatan belajar. Angka-angka yang baik bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Namun sebagai guru haruslah mengetahui bahwa pemaparan angka-angka seperti itu belum merupakan hasil belajar yang sejati, hasil belajar yang bermakna, langkah yang dilakukan adalah guru memberi angka. Angka dapat dikaitkan dengan value yang terkandung dalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada siswa sehingga tidak sekedar kognitif saja, tetapi keterampilan dan afektifnya.
2) Hadiah dapat sebagai motivasi, tetapi tidak selalu demikian, karena hadiah untuk sebuah pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berkat untuk pekerjaan tersebut.
3) Saingan/kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
4) Membutuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan kepentingan tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertahankan harga dirinya adalah salah satu bentuk motivasinya yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk memacu prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya.
5) Para siswa akan menjaga giat belajarnya kalau mengetahui akan adanya ulangan. Oleh karena itu memberi ulangan itu juga merupakan sarana motivasi, tetapi guru juga terlalu sering memberi ulangan karena bisa membosankan siswa. Maka sebelum ulangan guru sebaiknya terlebih dahulu memberitahukan akan adanya ulangan.
6) Dengan mengetahui hasil pelajaran apalagi kalau terjadi kemajuan akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui grafik hasil belajar meningkat, maka akan ada motivasi pada diri siswa untuk belajar terus menerus dengan harapan-harapan hasilnya terus meningkat.
7) Apabila ada siswa yang sukses atau berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif sekaligus merupakan motivasi. Pemberiannya harus tepat, dengan pujian yang tepat akan nampak suasana yang menyenangkan dan mempertimbangkan gairah belajar.
8) Hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat, dan bijak akan menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.
9) Hasrat untuk belajar adalah unsur kesengajaan, ada maksud untuk, hal ini lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat berarti ada pada diri seseorang.
10) Motivasi erat hubungan dengan minat, motivasi muncul karena adanya kebutuhan. Begitu juga dengan minat, sehingga tepatlah bahwa minat merupakan alat motivasi yang pokok dalam proses belajar.
11) Rumusan tujuan yang diakui akan terima baik oleh siswa dan akan merupakan alat motivasi yang sangat penting sekali dengan memahami tujuan yang harus dicapai karena disana sangat berguna dan menguntungkan maka akan timbul gairah untuk terus belajar. Guru mengembangkan dan mengarahkan hingga dapat melahirkan hasil belajar yang bermakna.
d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi manusia untuk belajar. Motivasi belajar terjadi dari tindakan perbuatan persiapan mengajar. Menurut Dimyati faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut :
1) Cita-cita/ Aspirasi Siswa
Motivasi belajar tampak pada keinginan anak yang sejak kecil, seperti keinginan bermain. Keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan keinginan bergiat. Bahkan dikemudian hari menimbulkan cita-cita dalam kehidupan. Timbulnya cita-cita dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa dan nilai-nilai kehidupan.
2) Kemampuan Siswa
Keinginan seorang anak perlu dibarengi kemampuan dan kecakapan mencapainya. Keinginan membaca perlu dibarengi kemampuan mengenal dan mengucapkan huruf ”R”. Misalnya dapat dibatasi dengan diri melatih ucapan ”R” yang benar. Latihan berulang kali menyebabkan bentuknya kemampuan mengucapkan ”R”. Dengan kemampuan pengucapan huruf ”R” akan terpenuhi keinginan akan kemampuan belajar yang memperkuat anak-anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
3) Kondisi Siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang yang sakit, lapar atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya seorang siswa yang sehat, kenyang, dan gembira akan memusatkan perhatian pada pelajaran dan akan termotivasi untuk belajar.
4) Kondisi Lingkungan Siswa
Lingkungan siswa dapat berubah keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan masyarakat. Sebagai anggota masyarakat, maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar, bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, ancaman teman yang nakal akan mengganggu kesungguhan belajar, sebaliknya kampus, sekolah yang indah, pergaulan siswa yang rukun akan memperkuat motivasi belajar. Dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib dan indah maka semangat belajar akan mudah diperkuat.
5) Unsur-Unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran
Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup, pengalaman teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar. Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, tempat tinggal dan pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungan budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah, rasio, ke semua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar.
6) Upaya Guru Dalam Mengelola Kelas.
Upaya guru dalam membelajarkan siswa terjadi di sekolah maupun di luar sekolah. Upaya pembelajaran di sekolah meliputi hal-hal sebagai berikut:
Menyelenggarakan tertib belajar di sekolah
Membina disiplin belajar dalam setiap kesempatan
Membina belajar tertib bergaul
Membina belajar tertib lingkungan sekolah
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses & Hasil Belajar
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dapat kita bedakan menjadi 3 macam :
a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa .
Aspek Pisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apabila disertai pusing-pusing misalnya, dapat menurunka kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi, selain itu, siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan olahraga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan berkesinambungan. Hal ini penting sebab perubahan pola makan dan minum dan istirahat akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat mental siswa itu sendiri.
Aspek Psikologis
Banyak faktor yang yermasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umunya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut: tingkat kecerdasan/intelegensi siswa , sikap siswa, bakat siswa, motivasi siswa.
Intelejensi Siswa
Intelejensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber, 1988). Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoal kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi lebih menonjol labih menonjol dari pada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas.
Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecandrungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency ) dengan carayang relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama kepada anda sajikan merupakan petanda awal yang baik bagi proses belajar bagi siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap anda dan mata pelajaran anda, apalagi jika diiringi kebencian kepada anda atau kepada mata pelajaran anda dapat menimbulkan keuslitan belajar tersebut. Selain itu, sikap terhadap ilmu pengetahuan yang bersifat conserving, walaupun mungkin tidak menimbulkan kesulitan belajar, namun, prestasi yang dicapai siswa akan kurang memuaskan.
Bakat Siswa
Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988). dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. tapi, secara global bakat itu mirip denga intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai talented child, yakni anak yang berbakat. Sehubungan denga hal diatas, bakat akan mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Oleh karena ada hal yang tidak bijaksana apabila orang tua memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anaknya pada jurusan keahlian tertentu tanpa mengetahui bakat yang dimiliki anaknya itu. Pemaksaan kehendak kepada seorang siswa, dan juga ketidaksadaran siswa terhadap bakatnya sendiri sehingga memilih jurusan keahlian tertentu yang sebenarnya bukan bakatnya, akn berpengaruh bukan terhadap kinerja akademik (academis performance) atau prestasi belajarnya.
Minat Siswa
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecendrungan dan kegairahan yang tinggi dan keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (1988), minat tidak termasuk popular dalam psikologi karena ketergantungannya yang besar pada faktor-faktor internal lainnnya seperti : pemuatan perhatian keinginantahuan, motivasi , dan kebutuhan.
Namun terlepas dari asalah popular atau tidak, minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasi belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif trhadapa materi tiulah yang memngkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. Guru dalam kaitan ini seyogyanya berusaha membangkitkan menigkat minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung di dalam bidang studinya dengan cara yang kurang lebih sama dengan kiat membangun sikap positif.
Motivasi Siswa
Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organis baik manusia ataupun hewan-hewan mendorongnya untuk berbuat sesuatu . dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku sevara terarah.
Emosi
Sesuai dengan proses belajar dalam perkembangan kehidupan seseorang aka terbentuklah suatu tipe atau keadaan kepribadian tertentu, antara lain menjadi seseorang yang emosional,mudah putus asa. Hal ini tentu ikut menentukan bagaimana ia menerima, menghayati pengalaman yang diperoleh. Keadaan emosi yang labil, mudah marah, mudah tersinggung, merasa tertekan dapat menggangu keberhasilan anak dalam belajar. Sedangkan, perasaan yang gembira, bebas, merupakan aspek yang mendukung dalam kegiatan belajar.
b. Faktor Eksternal
1. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staff administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukan dan perilaku yang simpatik dapat memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin kususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan bediskusi, dapat menjadi data dorongan yang positif bagi kegiatan belajar siswa.
Selanjutnya, yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tentangga juga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat di lingkunga kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak penganggur, misalnya, akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak, siswa kan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusiatau meminjam alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya.
2. Lingkungan Nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini di pandang turut menetukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
Sebagai contoh, kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tiak memiliki sarana umum untuk kegiatan remaja (seperti lapangan voli) akan mendorong siswa untuk berkeliaran ketempat-tempat yang sebenarnya tidak pantas dikunjungi. Kondisi rumah dan perkampungan seperti itu jelas berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Cully, Iris V. Dinamika Pendidikan Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004.
Ilyas, M., H., Drs., Psikologi Belajar (ilmu jiwa belajar). Tembilahan : Sekolah Tinggi Agama Islam
Suryabrata, Sumardi. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Radja Grafindo Persada
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Grafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar